Senin, 15 Juni 2015

sajak seperti puisi untuk diri sendiri

AMPUN, JIWAKU

Mengapa menagis, jiwaku?
Kau dapatikah kelemahanku?
Air matamu pedih melukai hati
Sebab kesalahan tidak kusadari
Sampai kapan engkau meratapi diri?
Selain kata-kata tiada yang kumiliki
Tuk mengartikan isyarat mimpi-mimpi
Hasrat keinginanmu, atau petunjukmu

Pandangi aku, jiwaku
Seluruh hidupku tercurah ajaranmu
Betapa pahit deritaku
Mengikuti liku-liku langkahmu
Hatiku semula megah bersemayam disinggasarna
Tetapi kini meringkuk sebagai hamba sahaya
Kesadaranku pernah menjadi sahabat setia
Sekarang berbalik memusuhi kita
Keremajaanku dahulu harapanku
Tetapi sekarang mengecam kekuranganku

Mengapa jiwaku, begitu banyak tuntunanmu?
Dan kusingkiri kesenangan duniawi
Dalam mengikuti petunjuj arah
Yang kau mestikan kuturuti
Cobalah adil padaku, atau panggil maut.
Tuk membebaskanku
Sebab keadilan itu mahkotamu

Ampun, jiwaku, ampuni aku!
Telah kau liputi aku dengan cinta kasihmu
Hingga tak kuat lagi aku mendukungnya
Kau dan cinta kasih tak terpisahkan dalam daya
Hati dan diriku tak terpisahkan dalam kelemahan
Kapan berakhirnya pergulatan
Antara kekuatan dan kelemahan?

Ampun jiwaku, ampun
Telah kau tunjukkan kebahagiaan yang berada
Di luar jarak jangkauanku. Kau dan bahagia
Tinggal di puncak gunung menjulang
Sedangkan sengsara dan diriku tergeletak bersama
Di dasar jurang
Kapankah bertemu puncak gunung
Dengan dasar lembah dalam?

Ampun aku jiwaku, ampun
Telah kau perlihatkan padaku keindahan, tetapi
Segera kau sembunyikan kembali
Kau dan keindahan hidup
Dalam cahaya, kebodohan dan aku
Terbelenggu bersama dalam kegelapan nyata
Kapankah tertembus kegelapan
Oleh cemerlang cahaya?
Kegelimanganmu akan tiba bersama akhirat nanti
Dan kini kau mengungkapkannya sebagai pendahuluan
Tetapi raga ini menderita bersama kehidupan
Inilah jiwaku, yang tidak kupahami

Engkau bergegas terbang menuju alam keabadian
Tetapi raga ini hanya merangkak perlahan-lahan
Ke arah kehancuran. Engkau tidak dapat menunggu
Sedangkan raga tidak dapat dipacu!
Inilah jiwaku, tanggungan batinku.
Engkau begitu kaya dalam ilmu kebajikan
Tetaoi raga ini lamban meraih pemahaman
Engkau tidak menanggung kompromi
Sedangkan raga tidak mau mengerti
Inilah, jiwaku, derita batinku
Di kesunyian malam engkau mengunjungi

Sang kekasih dan menikmati
Puncak-puncak kebahagiaan bersamaan
Sedangkan raga ini tertinggal belaka
Terpanggang benturan dera antara harapan dan perpisahan
Inilah jiwaku, ujung siksaan batinku
Ampuni aku, jiwaku, ampuni aku ILLAHI ku.
Begitu banyaknya salahku
Hingga semua terlihat sama dimataku.
Sedang engkau selalu berikan nikmat yang tak hingga hitungannya
Ampun,, ampuni aku,,,
Bawalah aku bersama mu pemilik jiwaku
Tak sanggup bila gelimang kesalahan dosa terus menggrogotiku
Hingga aku tahu apa salahku
Ampun jiwaku,,
Sungguh aku ingin kembali ke fitrahku
Dulu,, dulu sebelum aku dilahirkan
Sebelum aku mengenal dosa
Akan ku pilah mana hal yang harus dan tak harus ku lakukan.

(poem)


Dear me
Aku minta maaf
Belum bisa memuaskan hasrat keinginan
Yang kau inginkan
Aku mohon
Tabahlah
Sabarlah
Tawakallah
Tuhanku pasti telah menyiapkan sesuatu
Sesuatu yang baik untuk kita
Kita pasti bisa menghadapi ini
Sebab tuhan menjanjikan
“Tidak diberikannya cobaan
Diatas kemampuan kita”
Meski setiap kali harapan terkadang belum dijamah
Tapi yakinlah,,
Allah SWT menyiapkan sesuatu
Sesuatu yang lebih baik

Myself
Aku minta maaf
Aku masih malas melakukan apapun
Yang terkadang tak ingin aku lakukan
Mari kita sama-sama berusaha
Mewujudkan mimpi-mimpi kita
Jangan lagi mengeluh
Jangan lagi putus asa
Jangan lagi galau
Jangan menyerah
Mari kita tetap berusaha
Meski tangga yang sama
Berkali-kali merubuhi tubuh jia
Aku tidak akan menyerah

Diriku
Adakah kesalahan yang kita lakukan
Hingga kejadian demi kejadian menimpa kita
Mungkin saja ada
Karena kita pemilik jiwa
Yang tidak luput dari kesalahan
Untuk itu,,
Mari kita perbaiki diri ini
Kurangi kesalahan

Hy Im..
Berbicara memang sangat mudah
Tidak semudah menerapkannya
Setidaknya dengan begitu
Kita dapat mengingat
Mengingatkan pada dunia luar
Melalui udara dan tulisan
Melului yang maha mendengar
Kita sampaikan
Betapa nurani ini ingin kembali
Kembali seperti apa seharusnya kita menjadi
Menjadi wanita muslim yang sholeha
Sebagaimana layaknya kita

Diriku..
Sepintas ini terlihat seperti beban
Beban berat yang sedang menimpa kita
Tapi jangan kita jadikan beban
Akan ada lagi hal-hal lain yang lebih berat dari ini
Yang mungkin akan kita hadapi
Untuk itu,,
Wahai diri..
Mari bersemangat
Mari ceria lagi
Mari buang jauh kesedihan
Mari begembira
Dunia kita sangat hebat
Banyak hal yang bisa kita lakukan
Banyak hal yang harus kita lakukan
Bersama ramadhan tahun ini
Mari kita bersihkan diri
Dari hal-hal yang telah membuat lalai

Selasa, juni 2015